Rabu, 29 Desember 2021

V1C2 Black Veil

 Bab 2 judulnya sama dengan bab 1


V1C2 Black Veil


***


Backlund, Empress Borough, Vila Mewah Earl Hall.


Audrey Hall, gadis bangsawan yang cantik dengan rambut pirang dan mata hijau cemerlang, menatap cermin misterius di tangannya dengan serius.


Setelah dia melantunkan mantra tertentu, cahaya merah yang pekat menelannya seketika tanpa aba-aba.


...


Blue Avenger yang berlayar di laut Sonia diterjang ombak besar dan badai dahsyat. Kapten Kapal, Alger Wilson, menatap badai yang ganas sambil memegang Artefak aneh di tangannya. 


Sebelum dia dapat bereaksi, cahaya kemerahan sepekat darah melahapnya utuh dari asal yang tak diketahui.


...


Audrey melihat sekelilingnya dengan takjub. Kabut abu-abu yang agak tebal mengaburkan pandangannya, tetapi dia masih dapat melihat ada dua sosok berlainan di sini.


Yang satu tampaknya duduk santai di kursi kehormatan dengan meja perunggu panjang dengan dua belas kursi yang mengelilingi, sementara lainnya berdiri di seberangnya, melihat ke arah sosok yang duduk di kursi kehormatan.


Audrey segera menyadari bahwa ini mungkin pertemuan kebetulan dengan sesuatu yang di luar nalarnya, dunia misterius yang selalu dia impikan. Dia menjadi bersemangat di tengah kehati-hatiannya.


Seseorang dengan penampilan pria dewasa, yang duduk di kursi kehormatan, memberi isyarat padanya dan orang lain di seberangnya untuk duduk. Audrey dan Alger menurutinya dan berusaha menjaga sikap mereka di hadapan keberadaan yang jelas tak boleh diremehkan, tidak, tepatnya mereka merasakan perasaan penindasan yang amat kuat.


Demi kelangsungan hidup, masing-masing dari mereka tidak berani bersuara lebih dahulu.


Pria misterius itu tahu ini masalahnya, jadi dialah yang mengawalinya.


"Kalian adalah orang-orang terpilih," ucapnya dengan suara yang dalam dan penuh makna.


Alger tersentak ketika mendengarnya, dia menatap dengan curiga pada pria misterius itu yang terselubung kabut abu-abu. Samar-samar, dia dapat melihat kerudung hitam menutupi pria tersebut.


Audrey, yang terlalu naif, berseru, "Tuan, apakah itu artinya saya dapat menjadi seorang Beyonder?"


Alger mengerutkan keningnya pada wanita di seberangnya yang begitu polos, tidak tahu kekejaman dunia. 


Pria misterius itu menjawab dengan ramah, "Tentu, kau dapat menjadi Beyonder."


Audrey sangat senang dengan responnya, jadi dia menanggapi dengan riang, "Tuan, apa tujuan Anda membawa kami ke sini?"


Itu juga yang ingin ditanyakan Alger. Dia menatap wanita itu dengan pujian di matanya, ternyata tidak sepolos yang dia kira.


Pria misterius itu mengusap dagunya seolah merenungkan sesuatu sebelum membalas dengan nada yang sama, "Untuk mengatasi kiamat yang akan tiba."


"Ah?!"


"?!!!!"


Baik Audrey dan Alger tidak menyangka jawaban tersebut. Mereka tercengang dan bertanya-tanya apakah mereka salah mendengarnya.


Pria misterius itu mengungkapkan sedikit siluetnya di balik kabut abu-abu, senyuman tipis nampak muncul di wajahnya.


"Aku ingin tahu apakah kalian bersedia untuk menjadi salah satu penyintas atau tidak?" tanyanya.


Audrey dan Alger entah mengapa merasa mereka harus menjawab "ya" untuk pertanyaan itu.


"Ya."


"S-saya bersedia."


Alger menjawab lebih dulu dengan keyakinan bahwa selama keberadaan tersebut tidak membahayakan nyawanya, dia akan menyetujui syaratnya.


Sementara itu, Audrey mengiyakan karena pengetahuannya yang terbatas, dia tidak tahu apa-apa tentang kiamat yang akan terjadi. Bagaimana itu mungkin? 


"Bagus sekali, kalian akan menjadi anggota pendiri pertemuan ini."


Pria misterius itu mengetuk tepi meja perunggu dua kali, setumpuk kartu muncul di masing-masing dari Audrey dan Alger.


"Pilihlah kode nama kalian."


Audrey tersadar sesuatu ketika hendak mengambil salah satu kartu, dia mengamati dengan mata cerah pada pria misterius itu. Dia bertanya dengan sopan, "Tuan, bagaimana saya memanggil Anda?"


Alger juga menanyakan hal yang sama, "Tuan, bagaimana merujuk Anda?"


Pria misterius itu tersenyum dan melantunkan namanya, "The Fool, kalian bisa memanggilku Tuan Fool."


"Sesuai keinginan Anda," ucap Alger dengan hormat. Dia semakin merasakan rasa takut dan hormat yang tinggi terhadapnya.


Audrey sedikit membungkuk sejenak sambil berkata, "Tuan Fool, saya akan memilih kode nama Justice."


Alger berpikir sesaat sebelum ikut menyahut, "Saya akan mengambil kode nama The Hanged Man."


Pria misterius itu mengangguk dan menghilang dua tumpukan kartu, mereka secara resmi telah hadir sebagai anggota Tarot Club.


Audrey memperkenalkan, "Karena kita menggunakan nama dari kartu Tarot Mayor Arcana, maka pertemuan ini harus disebut Tarot Club, bagaimana dengan itu, apakah tidak apa-apa, Tuan Fool?"


Alger memiliki deja vu yang aneh bahwa dia sepertinya pernah mendengarnya. Audrey sendiri juga demikian seolah-olah nama tersebut telah tercetak di dalam jiwanya.


Pria misterius menjawab, "Tentu, pertemuan akan diadakan rutin setiap Senin pukul tiga sore. Sesuaikan waktu kalian. Kalian bisa menukar pengetahuan dan apapun yang kalian inginkan denganku."


Alger tiba-tiba tidak ingin melewatkan kesempatan ini. 


"Tuan Fool, apakah itu artinya saya bisa berdagang dengan sesama anggota?"


"Tentu, itulah maksudku."


Alger mengalihkan perhatiannya ke Audrey dan berkata, "Jika kau ingin menjadi Beyonder, aku memiliki dua formula ramuan Sequence 9 ...."


...


Menatap cahaya kemerahan samar dari kepergian dua anggota, Klein mendesah untuk sedikitnya menyerap sedikit emosi sentimental yang tersisa.


Pertemuan yang sama dengan cara yang berbeda dan dia menjadi lebih mendominasi.


...


Kembali ke dunia nyata, Klein bangun dari tidurnya, caranya untuk menyamarkan diri selama jiwanya berada di Kastil Sefirah. Kekuatannya yang belum penuh membuatnya tidak bisa langsung membawa tubuhnya ke sana.


Dia menunggu sampai ketukan yang dia nantikan tiba.


Saatnya untuk menguji seberapa besar kekuatannya sekarang demi mengelabui para Nighthawk.


***

Continue reading V1C2 Black Veil

Selasa, 28 Desember 2021

V1C1 Black Veil

 Bab 1 adalah Prolog jadi bab 1 sebenarnya dimulai di sini.

***

V1C1 Black Veil

Klik! Klak! Klik! Klak!

Dia memainkan jam saku berdaun anggur yang mengingatkannya pada kenangan masa kini. Pikirannya adalah serangkaian misteri yang tak bisa diungkapkan.

Setelah perenungan mendalam, dia kembali menegaskan identitasnya kali ini.

"Aku adalah Klein Moretti."

Klik!

...

Pagi menjelang ketika suara-suara bergema dari tangga-tangga dari para penghuni apartemen kecil ini. Klein telah membersihkan darah dan semua bentuk TKP dengan bersih tanpa harus repot-repot pergi ke kamar mandi. Benar, dia masih memiliki sebagian kecil kekuatannya.

Tentu saja, alasannya akan datang kemudian, tetapi tidak sekarang. Klein akan memulai semuanya dari awal dengan kesempatan murah hati ini yang dia dapatkan atas pengorbanan seseorang.

...

Melissa mendapati perubahan pada Kakaknya secara intuitif. Sebagai seseorang yang lebih percaya pada hal-hal yang bisa dijelaskan dengan akal sehat, Melissa tidak terlalu banyak berpikir dan hanya menganggap Kakaknya, Klein, telah menjadi lebih dewasa sebagai pria yang akan bertanggungjawab atas keluarga.

Pagi itu, setelah meminta Klein untuk membeli bahan makanan, dia pergi ke sekolahnya seperti biasanya, tidak menyadari bahwa pikirannya sebenarnya disesatkan agar dia menganggap Klein tetap normal.

...

Klein tidak perlu pergi membeli bahan makanan karena dia bisa menyulapnya langsung, tetapi spiritualitas miliknya sekarang sangat terbatas, dia harus melalui hal yang sama dengan kehidupan sebelumnya.

...

Sudah lama dia tidak mencicipi makanan manusia, jika dia masih normal, maka dia akan menangis bahagia, tetapi tidak. Sebagai seseorang yang telah menjadi Dewa, kemanusiaannya telah melebur menjadi keilahian.

Namun, keilahiannya tersegel saat ini, sementara kemanusiaannya tidak sempurna. Itu harga yang harus dia bayarkan.

Klein berkeliling pasar kumuh di Distrik Jalan Menengah Tingen, mengamati orang-orang yang hidup dengan berbagai perilaku. 

Emosinya yang acuh tak acuh perlahan membaik, dia berusaha menemukan keakraban sehingga kemanusiaannya tidak menghilang.

...

Jika dia tidak salah mengingatnya, Beyonder dari Nighthawk akan mengunjunginya nanti, jadi dia harus bersiap untuk membuat Persona atau Kepribadian seperti aslinya.

Itu adalah spesialisasinya dengan keajaiban, maka dia bisa membuat siapapun tidak akan menyadari bahwa dia adalah Beyonder dan hanya orang biasa yang malang.

Kerinduan, bahkan emosi ini adalah sesuatu yang sulit kudapatkan

Klein tahu bahwa dia akan bertemu Dunn Smith, dan para Nighthawk termasuk Leonard Mitchell, teman penyair tersayangnya. 

Namun, tak ada sedikitpun riak di hatinya yang disebut kerinduan. Dia hanya merasakan ketidakpedulian yang ekstrim.

...

Sebelum bertemu mereka, dia perlu mengecek Kastil Sefirah. Keilahiannya yang disegel perlu dilepaskan sedikit demi sedikit dengan metode tertentu.

Sebagai penguasa besar di atas dunia roh dan melalui pengorbanan seseorang, dia berhasil menjungkirbalikkan waktu.

Apa yang sebenarnya terjadi sehingga dia melakukan itu akan terjawab nantinya.

...

Tanpa upacara sakral yaitu melantunkan nama kehormatan Celestial Worthy, Klein langsung berada di kursi kehormatan The Fool di ujung meja perunggu panjang di tengah kabut abu-abu yang tebal.

Ternyata masih sama

Bintang merah yang jumlahnya sangat banyak berkelap-kelip, beberapa di antaranya telah berada di masing-masing kursi seolah-olah ada orang-orang yang akan menempatinya.

Klein mengetuk tepi meja perunggu dengan iramanya, kemudian menyulap seorang pria di ujung lainnya, yaitu The World.

Betapa nostalgia, seharusnya

Menunggu sampai waktu yang tepat sesuai timeline sebelumnya, dia menyentuh dua bintang merah, menyalurkan spiritualitasnya dan membawa dua orang anggota Tarot Club kembali.

Dia akan membimbing mereka lebih baik lagi sehingga mereka akan dapat diselamatkan.

***

Continue reading V1C1 Black Veil

Bab 1 Prolog


Ini adalah fanfic baru dengan tema Rebirth. Silahkan dinikmati~


***


 Bab 1


Sangat menyakitkan!


Dia memegangi kepalanya yang seakan pecah dari dalam. Kilatan merah dan kegelapan melintas dari bayang-bayang matanya yang tertutup.


Dengan sekuat tenaga, dia membuka matanya dan tersadar dengan rasa sakit yang parah.


Dia melihat bulan merah dan selubung kerudung hitam melingkupi langit malam di luar jendela di depannya. 


Pemandangan yang akrab, kesan yang familiar, serta rasa sakit yang dia rindukan. Dia tidak bisa lebih jelas lagi tentang ini, dia telah terlahir kembali.

***

Continue reading Bab 1 Prolog