Tampilkan postingan dengan label Fanfic Amon×Klein : The Letter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fanfic Amon×Klein : The Letter. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Januari 2022

Fanfic Amon×Klein : The Letter 2

 The Letter Bab 7-12


*

Mereka menaiki gerbong kereta kelas 1 dengan ruang pribadi. Sambil mengamati pemandangan di luar yang jauh dari bayangannya tentang dunia modern, Klein mengatur ulang pikirannya.


Apakah dia benar-benar sedang bermimpi atau dia bertransmigrasi? Akankah dia dapat kembali?


"Paman," panggil Amon yang duduk di seberangnya dengan riang.


Klein mendorong pemikiran itu ke belakang, lalu merespon anak laki-laki yang sekarang harus dia rawat, "Apakah kau membutuhkan sesuatu?"


Amon kecil menggeleng. "Paman terlihat tidak senang, apakah aku sangat merepotkan?"


'Nak, jangan terlalu peka!' cerca Klein yang menaikkan sudut mulutnya.


"Bukan begitu, aku hanya memikirkan sesuatu yang lain."


Dia teringat informasi tentang identitasnya, Gehrman Sparrow, petualang gila yang melakukan segala macam misi rahasia demi mendapatkan uang dan kehidupan yang mendebarkan. Sungguh sebutan gila itu meremehkan.


Klein bukan aktor, dia bingung bagaimana cara berakting sebagai Gehrman Sparrow jika dia bahkan tidak tega menyakiti hewan kecil? Dia mungkin juga dikutuk dengan identitas ini.


Gehrman Sparrow tinggal di lingkungan yang tenang, suka merawat banyak senjata, memiliki relasi di banyak tempat, dan mengetahui banyak rahasia. Kepribadiannya yang dicantumkan dalam informasi itu adalah seorang penjahat keji.


Klein menatap Amon kecil dengan rasa kasihan karena sepertinya Amon kecil tidak tahu dengan siapa dia berurusan. Yah, untungnya Klein lah yang mengambil alih dan dia akan merawatnya sebaik mungkin sambil mencari cara untuk kembali ke dunianya.

*

Perjalanan itu membutuhkan waktu 3 jam. Setelah membelikan Amon beberapa snack kecil seperti permen, Klein menutup matanya dan mengistirahatkan pikirannya, tanpa sadar tertidur.

...

"Katakan!" Suara ancaman yang dipenuhi niat membunuh itu bergema di ruang sempit di mana hanya ada seorang pria malang berlumuran darah yang meringkuk.


"S-saya tidak tahu, itu adalah perintah dari orang tak dikenal, tolong jangan bunuh saya!" Orang itu memohon sambil meraih sepatu bootnya.


Dia menendang seakan merasa jijik, kemudian berseru, "Siapa nama anak itu?"


Orang itu menjawab dengan ketakutan, "D-dia adalah keponakan Anda, tuan."


Dia mengangguk, memuji kejujuran orang malang itu, lalu memutar-mutar revolver di tangan kanannya sebelum menembak pria itu.


Bang!


...


Mata Klein terbuka dengan penuh keterkejutan, dia dapat mendengar suara detak jantungnya yang tidak karuan. Dia bermimpi atau itu adalah bagian dari memori asli Gehrman Sparrow? 


Jika demikian, hipotesis kedua tentang dia bertransmigrasi itu lebih mungkin.


Keringat dingin menetes dari dahinya, dia tidak menyangka bahwa ada masalah tersembunyi di balik identitas Gehrman Sparrow sebagai Paman anak di depannya.


'Mungkin, Gehrman Sparrow ini telah merencanakan untuk mengadopsinya untuk tujuan yang tak diketahui. Apakah aku dipengaruhi olehnya?'


Klein merasakan ketidaknyamanan yang besar. Seakan dia sedang dituntun atau dikendalikan seperti boneka teater. Mungkin Amon adalah protagonis dari teater itu dan dia sendiri adalah penjahatnya. Hatinya berada di tenggorokan karena merasakan kesedihan mendalam yang tak dapat dia pahami asalnya.


*

Menurut alamat yang tertera seharusnya itu ada di sini, tempat tinggal Gehrman Sparrow, rumah dua lantai di pinggiran kota dan dekat dengan pantai.


Klein menyewa kereta kuda untuk menuju ke sana bersama Amon kecil, tetapi sebelum itu dia membeli beberapa kebutuhan hidup sehari-hari yang diperlukan untuknya.


Jangan tanya darimana uangnya berasal. Itu ada di sakunya dalam bentuk gumpalan pound emas, Gehrman Sparrow benar-benar kaya.


Melihat rumah dua lantai dengan nuansa suram dan menakutkan itu, Klein menekan ketakutannya dan mencoba mempertahankan wajah asli Gehrman Sparrow yang terkenal.


Dia tidak berbicara dengan Amon kecil sejak turun dari kereta, itu karena dia dibayangi rasa bersalah akan sesuatu yang direncanakan Gehrman Sparrow asli.


Klein merasa bahwa seharusnya dia tidak merawat Amon kecil, biarkan pria berambut merah itu saja yang merawatnya sehingga Amon kecil takkan terancam bahaya yang tak diketahui.


Pelakunya sendiri telah hilang dan sekarang Klein harus menggantikannya. Dia memutuskan untuk melakukan satu langkah dan tidak terburu-buru berusaha menangani ini.


*

"Jika kau tidak nyaman nanti, aku akan mengantarmu kembali ke kota, mungkin aku tidak bisa merawatmu dengan baik," ujar Klein sejujurnya.


"Aku tahu Paman melakukan hal yang berbahaya, tapi itu tidak masalah. Aku lebih suka hidup bersama Paman daripada tinggal di kota yang membosankan itu bersama Medici."


'Jadi, nama pria berambut merah itu Medici. Tunggu, kenapa anak ini memanggilnya seperti itu? Bukankah itu tidak sopan?'


"Baiklah," sahut Klein seraya menepuk rambutnya yang keriting.


Dia beberapa kali menatap monocle kristal di mata kanan Amon dengan penasaran, entah mengapa penampilannya itu membuat Klein semakin menyukainya.


...


Klein menyiapkan kamar tidur di sebelah kamarnya untuk Amon, tetapi anak itu dengan keras kepala meminta untuk tidur bersamanya, dia tidak berdaya untuk menolaknya.


Keputusannya untuk berbelanja lebih dulu benar-benar bijaksana karena tidak ada apapun yang bisa dimasak di lemari dapur jika dia tidak berbelanja.


Klein menyuruh Amon membersihkan diri sambil menunggu dia selesai memasak makan malam. 


...


"Aku tidak tahu kalau Paman pandai memasak, ini enak."


Klein tersenyum kaku, berkata dengan dalih, "Skill memasak diperlukan untuk hidup."


Amon mengangguk memahami. "Bisakah Paman mengajariku?"


"Tentu."


Klein tidak menyadari bahwa cara Amon memandangnya berubah dari kekaguman menjadi kecurigaan.


*

Klein mengamati wajahnya sendiri di cermin setelah melepas kacamata berbingkai emas dan mengatur gaya rambutnya menjadi agak berantakan.


'Kenapa wajah pembunuh ini mirip denganku?' Dia meratap secara internal, dia sangat terkejut saat dia melepas kacamatanya dan kesan kejam itu lenyap, meninggalkan wajah halus dan ramahnya.


Dia sudah berada di kamar mandi selama setengah jam, meracau dalam hati tentang kebetulan mengerikan ini, sampai ketukan di pintu kamar mandi mengejutkannya.


"Paman." Panggilan akrab itu menyadarkannya untuk segera berhenti sibuk pada diri sendiri, dia punya anak kecil untuk dirawat.


Klein keluar dengan penampilannya yang kacau, tetapi dia tidak terlalu peduli karena dia merasa tidak perlu terus menjaga citranya di depan Amon. Lambat-laun, Amon pasti mengetahui bahwa dia berbeda dari kesan awalnya. Setidaknya, dia yakin bahwa Gehrman Sparrow asli tidak begitu dekat dengan keponakannya sampai-sampai kepribadiannya akan dikenali. Seharusnya Klein lebih waspada.

...

Amon kecil itu tertidur sambil mencari kehangatan dengan memeluknya, Klein merasakan emosi yang aneh. Di dunia aslinya, dia sibuk sampai mati dan kelelahan, bahkan dia tidak punya waktu untuk memperhatikan perasaannya sendiri, jadi jelas dia kesepian.


Orang tuanya cukup keras bahwa dia harus mandiri dan segera mencari pasangan, tetapi dia tidak bisa mendapatkannya. Entah itu karena dia tidak cukup baik dan tampan atau karena dia tidak berusaha keras.


Aneh sekali, rasa kesepian Klein sedikit teratasi karena anak kecil ini, itu terasa hangat dan nyaman. Dia berharap kalau dia akan cukup lama tinggal di sini sebelum kembali ke dunia aslinya.


*

Pada tengah malam, Amon membuka matanya tanpa rasa kantuk seakan dia belum tertidur. Dia menatap Klein untuk waktu yang lama dan bergumam rendah, "Kau bukan Pamanku."


Nadanya seperti dia kecewa, tetapi anehnya mengandung kelegaan. Amon kecil menggeliat dan melepaskan pelukan Klein, lalu turun dari tempat tidur menuju meja dengan kertas-kertas dan pena bulu, serta tinta hitam.


Entah apa yang dia pikirkan, dia mulai mengambil salah satu kertas dan menulis sesuatu di sana dengan pena bulu, tulisannya agak berantakan, tetapi masih terkesan artistik.


Dia menulis cukup lama, kemudian menaruh kertas itu ke amplop, itu adalah surat. Dia membuka laci terbawah meja, melihat kumpulan surat lainnya yang serupa lalu melemparkan surat baru di tangannya dengan ekspresi bosan.


"Sayang sekali," ucapnya dengan nada penyesalan.


*



Continue reading Fanfic Amon×Klein : The Letter 2

Fanfic Amon×Klein : The Letter

 The Letter Bab 1-6


Kisahnya dimulai ketika Klein menemukan aplikasi aneh terunduh di smartphone-nya secara otomatis, dia mengira itu virus dan mencoba menghapusnya, tetapi gagal.


Klein akhirnya menyerah melakukannya dan berencana mengganti smartphone-nya. Malam harinya, saat dia tidur, dia ditarik ke dalam mimpi yang aneh, ada banyak pintu di selubung kegelapan dan cahaya warna-warni yang menyilaukan di atas.


Klein, yang linglung, tiba-tiba tersadar bahwa dia sedang bermimpi, dia pernah mengalami Lucid Dream, jadi situasi ini tidak aneh, yang aneh adalah isinya.


Ada banyak sekali pintu dengan label nama yang berbeda-beda, tepatnya deskripsi sekilas ditempatkan di setiap pintu.


Dia tertarik dengan salah satunya yang memiliki deskripsi singkat (Lil Raven). Merasa ikatan tertentu dengan pintu itu.


Klein, yang berhati-hati, mempertimbangkan apakah dia akan membuka pintu itu atau tidak, setelah pemahaman bahwa ini hanya mimpi, dia memutuskan untuk mencobanya.


Klein menarik gagang pintu hitam yang kokoh dan melihat apa yang ada di baliknya.


Matanya mengerut dalam, kekuatan asing menyeretnya masuk dan pintu itu tertutup. 


Warnanya berubah, yang semula sama seperti pintu lainnya berwarna coklat biasa dengan gagang hitam, sekarang itu dicat seluruhnya hitam pekat dengan pola burung gagak.


*

Klein membuka matanya, terkejut mendapati dirinya berada di kapel yang saat ini sedang mengadakan prosesi pemakaman.


Klein buru-buru memeriksa tubuhnya, dia semakin tercengang karena ini jelas bukan tubuhnya. Dia sepertinya menjadi salah satu orang acak yang ikut dalam sesi ini, entah kenapa mimpinya terasa begitu nyata atau ini bukan mimpi?


Pada saat itu, ada seorang anak laki-laki yang menarik perhatiannya, dengan topi setengah, tuksedo rapi, rambut keriting, dan monocle di mata kanannya, anak itu berdiri di sebelah peti mati dengan tatapan kosong.


'Ah, pasti dia sedang sedih, tunggu, kenapa aku peduli?!'


Klein mengerutkan keningnya, merasa wajah anak laki-laki itu familiar, tetapi dia tidak dapat mengingat di mana pernah melihatnya sebelumnya. Untuk saat ini, Klein harus tenang dan mencerna situasinya perlahan.


Pemakaman berlangsung beberapa jam sampai tuan rumah mengundang orang-orang yang hadir untuk makan malam.


Klein secara alami mengikuti pengaturan yang ada, dia akan menyelidiki apakah ini mimpi atau bukan dari interaksi dengan orang lain, juga dia mungkin datang untuk menghibur anak laki-laki itu, anehnya dia merasa bersimpati padanya.


*

Klein menyaksikan dengan ekspresi tercengang pada perdebatan orang-orang kuno di depannya. Dia sekarang yakin sedang berada di latar abad pertengahan eropa Inggris dan yang meninggal adalah salah satu keluarga bangsawan besar. 


Ada dua pewaris gelar dengan banyak kerabat, Klein tidak menyangka bahwa identitasnya saat ini adalah salah satu dari kerabat itu. Mereka berada di ruang makan pribadi sehabis menyelesaikan jamuan makan malam bersama tamu.


Ada seorang pemuda dengan rambut pirang yang tampak ramah tamah sedang membujuk anak laki-laki dengan monocle. 


Perdebatan kerabat lainnya adalah mengenai siapa yang mau merawat anak laki-laki itu karena pemuda pirang yang merupakan kakaknya adalah anggota Rose Redemption, salah satu pasukan khusus militer kerajaan.


Juga, anak laki-laki dengan monocle itu terkenal dengan keanehannya dan sikapnya yang seperti terbelakang mental. Oleh sebab itu, kerabat lainnya saling melemparkan tanggung jawab kentang panas ini tanpa mempedulikan perasaan dua pewaris tersebut. Yang mereka inginkan hanya kekayaan dan kekuasaan.


*

Mereka terus berdebat sampai anak laki-laki dengan monocle itu pergi keluar dan mengabaikan panggilan kakaknya. Klein semakin bersimpati meskipun dia tidak terlalu mengenalnya. Tanpa sadar, dia mengikuti anak itu yang berlari menuju taman dengan cemberut.


Klein berjalan mendekatinya, tetapi berhenti di tengah jalan karena dia tidak tahu seperti apa perannya di sini, dia juga tidak tahu nama anak laki-laki itu.


Yang terakhir tampaknya merasakan pendekatannya, dia berbalik sambil menekan monoclenya dan bertanya dengan nada datar, "Paman Sparrow, apakah aku terbelakang mental?"


Klein merasa anak itu sangat rapuh dan dia juga akhirnya mengetahui identitasnya sendiri, jadi dia adalah Pamannya di dunia mimpi ini.


Klein tersenyum menenangkan seraya menghampirinya dan menekuk kakinya agar mereka sejajar.


"Itu tidak benar," jawabnya dengan yakin, tangan kanannya yang bersarung tangan hitam mengusap air mata di sudut mata anak laki-laki itu.


Anak itu sepertinya menyukainya dan menempelkan pipinya ke tangannya, menanggapi dengan mata berbinar, "Sungguh? Kalau begitu, apakah Paman mau merawatku?"


Klein menegang. Senyumnya kaku seketika. Dia tidak tahu bagaimana merawat anak kecil, apalagi dia tidak begitu mengenal latar belakang dunia ini, sampai dia terbangun, dia mungkin harus hidup di sini.


"Tentu, kau tidak perlu berurusan dengan mereka," balasnya.


*

Dengan dia mengambil alih kentang panas, kerabat lainnya bersikap seolah mereka akan membantunya bila dia kesulitan. Tentu saja, Klein tidak menanggapi mereka dengan serius. Dia hanya ingin melihat bagaimana tanggapan pemuda pirang itu.


"Terimakasih, Paman. Adikku sedikit merepotkanmu," ujarnya dengan rendah hati.


"Itu bukan masalah."


'Ini jelas bermasalah, aku tidak tahu pekerjaan, rumah, dan situasiku, tapi aku berinisiatif merawatnya, sepertinya aku sudah gila,' pikir Klein.


Anak laki-laki itu sekarang memegangi kakinya seperti koala, benar-benar terlihat imut, jadi Klein tidak tega bersikap kasar padanya.


Klein baru menyadari bahwa dia cukup menyukai anak kecil. Dia mungkin harus bekerja keras untuk mencaritahu identitas pribadinya lalu mulai merawat anak itu dengan baik.


'Siapa namanya?' Klein tersadar bahwa dia belum mengetahui nama anak itu.


Dia berkeringat dingin, bagaimana bisa dia merawatnya jika dia bahkan tidak tahu namanya? 


Pada saat itu, dia mendengar seseorang memanggil anak laki-laki itu.


"Lil Raven, kau benar-benar tidak mau pergi bersamaku?" Pria berambut merah dengan kesan garang menawarkan untuk merawatnya.


Oh, itu pria aneh selain Klein yang bersedia merawat anak itu.


Klein berkedip sekali, dia juga bertanya-tanya mengapa anak itu memilihnya dan bukan pria berambut merah itu yang tampaknya lebih baik?


"Tidak, aku suka Paman Sparrow!"


"Heh, apa yang kau sukai dari petualang gila itu? Apakah kau tidak membaca koran bahwa Gehrman Sparrow yang terkenal telah membunuh banyak orang? Kau mungkin dalam bahaya bila bersamanya!" 


Klein hampir tersedak air liurnya, tetapi dia menahan diri untuk bereaksi kuat. Dia tidak menyangka akan mengetahui identitas pribadinya secepat ini dan itu adalah identitas yang mengerikan untuk merawat seorang anak kecil.


'Sial!'



*

Klein, dengan ekspresi tabah, menggandeng tangan kiri anak laki-laki itu saat mereka berdiri di peron stasiun kereta api uap.


Dia mengingat upayanya di mansion Keluarga Sun untuk menggali informasi apapun yang bisa dia temukan. Dia juga mengambil dokumen yang berkaitan dengan anak laki-laki itu dan akhirnya mengetahui namanya, Amon. 


Klein juga memeriksa di mana dia tinggal dari barang-barang di sakunya sendiri dan pembicaraan kerabat lainnya. Memutuskan untuk pergi ke rumahnya, yang sepertinya lebih aman, daripada diperhatikan oleh kerabat lainnya itu, yang mungkin mencurigainya.


Amon kecil tidak keberatan, justru sangat senang karena bepergian. 


Klein meliriknya dengan tatapan rumit, terpikir olehnya bahwa perilakunya tidak masuk akal, dia seperti dipengaruhi sesuatu sehingga dia bersedia merawatnya.


Klein bukanlah orang yang impulsif. Oleh sebab itu, dia menyadari dengan cepat ada sesuatu yang salah, tetapi terlambat untuk mengatasinya, yang bisa dia lakukan adalah melakukan seperti yang diharapkan.


'Jika aku terbangun dan meninggalkannya, lalu apa yang akan terjadi padanya?' tanyanya dalam hati dengan nada bersalah.


Itu juga salah satu alasan mengapa dia dapat menyimpulkan dengan cepat bahwa seharusnya dia tidak seperti ini.


*



Continue reading Fanfic Amon×Klein : The Letter